Selasa, 12 Mei 2015

UU tentang Poligami

Blogger lansir dari hukumonline.com

Pada dasarnya, sesuai ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”) perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, berdasarkan ketentuan tersebut, hukum Perkawinan Indonesia berasaskan monogami.


Asas monogami lebih ditegaskan lagi di dalam bunyi Pasal 3 ayat (1) UU Perkawinan yang mengatakan bahwa pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Di mana seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Ini berarti sebenarnya yang disarankan oleh undang-undang adalah perkawinan monogami.


Akan tetapi, UU Perkawinan memberikan pengecualian, sebagaimana dapat kita lihat Pasal 3 ayat (2) UU Perkawinan, yang mana Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.


Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, maka si suami wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya (Pasal 4 ayat [1] UU Perkawinan). Dalam Pasal 4 ayat (2) UU Perkawinan dijelaskan lebih lanjut bahwa Pengadilan hanya akan memberikan izin kepada si suami untuk beristeri lebih dari satu jika:

a.    isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

b.    isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

c.    isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Selain hal-hal di atas, si suami dalam mengajukan permohonan untuk beristeri lebih dari satu orang, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Pasal 5 ayat [1] UU Perkawinan):

a.    adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;

b.    adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka;

c.    adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.

Persetujuan isteri/isteri-isterinya tidak diperlukan jika isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan (Pasal 5 ayat [2] UU Perkawinan).

Dalam Hukum Islam pengaturan tentang poligami merujuk pada Kompilasi Hukum Islam (“KHI”). Ketentuan KHI menyangkut poligami tidak jauh berbeda dengan UU Perkawinan. Hanya saja di dalam KHI dijelaskan antara lain bahwa pria beristeri lebih dari satu diberikan pembatasan, yaitu seorang pria tidak boleh beristeri lebih dari 4 (empat) orang. Selain itu, syarat utama seorang pria untuk mempunyai isteri lebih dari satu adalah pria tersebut harus mampu berlaku adil terhadap isteri-isterinya dan anak-anaknya (Pasal 55 KHI).


Menurut KHI, suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapatkan izin dari Pengadilan Agama. Jika perkawinan berikutnya dilakukan tanpa izin dari Pengadilan Agama, perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum (Pasal 56 KHI).


Sama seperti dikatakan dalam UU Perkawinan, menurut Pasal 57 KHI, Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang jika:

a.    istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri;

b.    istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

c.    istri tidak dapat melahirkan keturunan.


Selain alasan untuk menikah lagi harus jelas, Kompilasi Hukum Islam juga memberikan syarat lain untuk memperoleh izin Pengadilan Agama. Syarat-syarat tersebut juga merujuk pada Pasal 5 UU Perkawinan, yaitu: (Pasal 58 KHI)

a.    adanya persetujuan istri;

b.    adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka.

Poligami?

Wa in khiftum allaa tuqsi-thuu fil yataamaa fankihuu maa thaaba lakum minan nisaa-i mats-naa wa tsulaa-tsa wa rubaa’a  = Jika kamu merasa takut tidak akan mampu berbuat adil, maka janganlah kamu menikahi mereka (anak yatim). Tetapi nikahilah perempuan-perempuan lain yang kau cintai, dua, tiga atau empat.

Jika kamu khawatir tidak akan bisa berbuat adil setelah kamu menikahi perempuan yatim, sedangkan kamu menjadi walinya, apalagi kamu (khawatir) akan menghabiskan hartanya, maka janganlah kamu beristeri dengan perempuan yatim. Tetapi kamu juga jangan menghalangi mereka menikah. Kamu tentu akan memperoleh jalan untuk beristeri dengan perempuan-perempuan lain, seorang, dua orang, tiga, atau empat orang.

Fa in khiftum allaa ta’diluu fa waahidatan = Jika kamu takut tidak akan mampu berbuat adil di antara isteri-isterimu, maka nikahilah seorang saja.
Akan tetapi jika kamu khawatir tidak bisa berlaku adil seandainya menikahi dua orang, tiga, atau sampai empat orang isteri, maka hendaklah kamu beristeri satu orang saja. Dengan tegas ayat ini mengatakan bahwa orang yang boleh beristeri dua adalah yang percaya bahwa dirinya benar-benar dapat berlaku adil.

Au maa malakat aimaanukum = Atau nikahilah perempuan-perempuan yang kamu miliki.
Jika kamu tidak mungkin bisa berlaku adil di antara isteri-isterimu yang merdeka (bukan budak), maka cukuplah beristeri seorang saja yang merdeka. Atau nikahilah budak-budak yang kamu miliki (ini berlaku semasa zaman perbudakan belum dihapuskan).

Dzaalika adnaa allaa ta ’uuluu = Beristeri satu lebih dekat bagimu untuk tidak berlaku curang.
Mencukupkan diri beristeri satu dengan perempuan merdeka atau mencukupkan diri dengan budak-budak yang dimiliki lebih dekat kepada perilaku tidak curang. Beristeri banyak sesungguhnya tidak diperbolehkan, kecuali dalam keadaan darurat, dan sangat kecil kemudaratannya.
Ayat ini memberi pengertian bahwa kebolehan beristeri banyak disertai syarat dapat berlaku adil. Sedangkan berlaku adil merupakan satu hal yang sangat sulit dicapai.
Adil yang dimaksud di sini adalah: kecondongan hati. Kalau demikian halnya, memastikan adanya adil merupakan suatu hal yang sulit diwujudkan. Tidak mungkin kecintaan seseorang kepada isteri-isterinya bisa berlaku sama.
Oleh karena itu, kebolehan beristeri banyak tidak bisa diberlakukan sembarangan. Diperbolehkan secara darurat bagi orang yang percaya benar akan mampu berlaku adil dan terpelihara dari perbuatan curang.

Al-Amir Ali dalam kitab Sirrul Islam menjelaskan bahwa ulama-ulama besar Mu’tazilah berpendapat, seorang lelaki tidak boleh beristeri yang kedua selama dia masih mempunyai seorang isteri. Ulama-ulama Mu’tazilah memang sangat ketat dalam hukum pernikahan. Mereka menekankan tentang kemudaratan- kemudaratan dan kesukaran yang terjadi akibat poligami (beristeri lebih dari satu). Mereka menginsafi, di antara dasar-dasar syariat Nabi Muhammad adalah memberikan kepada alat (wasilah), hukum yang diberikan kepada tujuan. Kita melihat bahwa beristeri banyak ternyata berakibat sangat buruk, yang tidak dipandang baik oleh akal dan tidak diridhai oleh ağama. Karena itu beristeri banyak diharamkan.
Untuk itu, para pemuka hukum dan ahli-ahli fatwa hendaklah meyakini bahwa menolak bencana haruslah didahulukan atas menarik kemaslahatan; dasar- dasar ağama adalah menolak kemudaratan semua pihak, mempelajari cara memperbaki keadaan yang sangat rusak dan membuat undang-undang yang bisa menjamin kemaslahatan dan menolak kemafsadatan (kerusakan).

Senin, 11 Mei 2015

Jarak adalah Rindu

Jarak bukan dinding untuk aku mencintaimu. Aku disini menanam rindu yang akan kau panen esok.

Pupuk aku, jangan hanya dimalam minggu. Sirami aku, jangan menunggu layu. Teruslah buatku mekar sepanjang detik berjalan. Biarkan akar-akarku menjalar lebih dalam lagi, agat tak terpisah dari ranahmu.

Aku hidup karena percayamu. Aku berkembang karena pancaran kasihmu. Biarkan kita terus merasa sejengkal setiap hari dengan jarak ribuan kilo mil sebenarnya. Dekap aku dalam hati, biarkan mataku terpejam hingga lunglai dalam tahanan jemarimu. Merebahkan tubuh yang lelah ini di atas langit-langit berkabut salju. Berdentingkan akustik pemanah qalbu. Aku dan kamu menjadi kita, adalah impian yang ingin aku nyatakan dalam hidup yang singkat ini.

Menghadapi Pasangan yang Hypersex

Artikel ini blogger kutip dari perempuan.com, semoga bermanfaat untuk wanita yang memiliki pasangan hypersex. Dan artikel ini tidak mengandung unsur yang harus disensor, murni merupakan konsultasi kesehatan. ☺

Hal yang sangat biasa bagi para pengantin baru untuk melakukan hubungan suami istri dengan intesitas waktu yang sering. Karena Anda yang baru saja menikah tentu saja sedang senang-senangnya menikmati masa bulan madu yang indah.

Lalu bagaimana jika hal tersebut berlangsung terus menerus dan tidak berkurang? Mungkin pasangan anda termasuk dalam kategori pasangan yang hypersex. Frekuensi hubungan seks memang dapat memperlihatkan kepada kita apakah orang tersebut termasuk dalam kategori hypersex atau tidak.

Lalu bagaimana cara membedakannya? Anda perlu tahu beberapa ciri pasangan hypersex serta harus mulai mengetahui bagaimana cara Menghadapi Pasangan Hyper Seks. Terlebih dahulu kita akan mengetahui ciri-ciri pasangan hipersex. Ada beberapa ciri-ciri hypersex dan dibawah ini adalah beberapa diantaranya.

• Pertama frekuensi hubungan seks tidak normal misalnya menginginkan hubungan seks sebanyak 20 kali per minggu atau setara dengan 3-4 kali sehari.  Hypersex pada pria dan wanita tentu berbeda. Hypersex pada wanita sering disebut sebagai nymphomania dan biasanya akan dipengaruhi oleh faktor psikis. Biasanya mereka mempunyai pengalaman buruk semasa balita hingga dewas dan mereka akan melampiaskan kepada pasangan.

• Kedua pasangan yang hypersex selalu tidak puas dengan pasangan dan sering memperlihatkan ketidakcocokan kepada pasangan. Mereka akan melampiaskan ketidak cocokan mereka kepada pasangan dengan terus mencari dan berhubungan seks sampai menemukan apa yang membuat mereka senang.

• Ketiga, hypersex biasanya akan cenderung berganti-ganti pasangan dalam waktu yang singkat. Berganti-ganti pasangan justru akan membuat mereka merasa ketagihan dan selalu haus dengan pasangan yang baru.

• Selalu curiga juga bisa menjadi salah satu ciri hypersex.
Anda harus belajar cara yang baik dalam Menghadapi Pasangan Hyper Seks sehingga rumah tangga anda tidak berada dalam bahaya.
Beberapa tips Menghadapi Pasangan Hyper Seks ini bisa manjadi alternative bagi anda.

• Pertama anda harus mendukung anggota keluarga, suami, atau orang lain yang dikategorikan sebagai hypersex karena mereka sangat membutuhkan dukungan mental.

• Kedua, mereka bisa mulai menghindari dorongan seksual atau menyinggung hal yang berhubungan dengan hubungan seks.

• Ketiga anda bisa menyarankan mereka untuk mengikuti pemulihan karena kini banyak kelompok atau ahli dalam bidang ini yang akan dengan siap sedia membantu para hypersex untuk terlepas dari kecanduan dan ketidakpuasan dalam bercinta.

• Keempat, anda bisa menyarankan hypersex untuk bergabung dengan suatu kelompok dan mendiskusikan masalah seks nya. Mereka tidak akan menghakimi malahan membantu anda atau orang dengan kondisi hypersex untuk lepas dari kecanduan seksnya.

• Terakhir, anda tentu bisa menghadapi pasangan hypersex dengan cara mencari bantuan para professional. Mereka mengetahui penyebab serta mereka tahu bagaimana menangani orang dengan tingkat seks berlebih.

Mencari beberapa tips diberbagai sumber bisa juga menjadi alternatif menemukan solusi dari permasalahan yang ada.

Minggu, 10 Mei 2015

Cinta yang Buatku Bersabar Hingga Detik ini

Kata orang jika banyak persamaan itu tandanya jodoh. Menyenangkan, bukan? Ketika aku tahu kita banyak sekali persamaan. Kau pemarah, aku juga. Kau temparamen, aku juga. Kau keras kepala, aku juga.

Dengan cinta yang bertabur, aku akhirnya masih mampu menciptakan kondensasi untuk menghujani api amarahmu. Tapi kau memang bukanlah api biasa, sudah kuhujanipun masih membara.

Dalam urusan kita, akulah yang berusaha mengalah. Membujuk dan merayumu untuk redam tidaklah mudah memang. Sayang, kurangi egosentrisnya, perkuat imannya, perbanyak huznuzhannya, dan sini... Kupeluk dari jauh ☺

Manusia sempurna, aku tahu tiada yang mudah menggapai gelar itu selain Baginda Rasulullah SAW. Setidaknya, sempurnalah untuk mendewasakan dirimu sendiri. Bahkan, aku sanggup dewasa karena mata dan senyummu itu. Yang terus menghadang waktu tidurku yang tak berubah kadarnya dari awal kita bertemu.

Malam inipun terasa panjang sekali. Kelamnya berlapis, aku sudah menggebu menyapa kabut barisan dengan sejuta cinta yang ingin kuceritakan. Matamu seolah bicara "Bersabarlah menghadapiku," senyummu seolah berbisik "Jangan menyerah menghadapiku."

Aku akan bersabar dengan segenap rasa disini.

Sabtu, 09 Mei 2015

Aku Bukan yang Pertama lagi

Untuk ke-2 tahunnya aku bukanlah orang pertama yang mengucapkan "Selamat ulangtahun" untukmu. Walaupun disetiap pagi, aku dapati pesan singkat darimu tentang perubahanku.

Mengertilah, aku bukan yang dulu lagi. Aku bukan rindu yang kau cari. Aku bukan rumah tempatmu kembali. Meski dulu, aku adalah rindu yang tak pernah salah memberi rumah tempatmu berteduh.

Jangan tuduh aku berubah. Hakikatnya kaulah yang sudah berubah. Merubah haluan sampan yang sedang kudayuh. Kau yang sudah mematahkan tiang-tiang kepercayaanku. Lalu apalah arti pondasi tanpa tiang yang tak utuh?

Arsitek termasyur yang kau bayar untuk menegakkan tiang ini, belum mampu menahan beratnya beban atap yang kita punya. Atap kita tak sama, tapi kita tidak pernah membuatnya menjadi suatu masalah. Bahkan, aku masih saja rumah tempatmu berteduh, itu dulu.

Aku memilih runtuh ketika kau ingin merenovasi atap kita yang berbeda. Almameterku menjadi alasan pelik otoritasmu. Kau mau dipanggil Ustadzah? Kau mau bergelar embel-embel sarjana Islam? Begitu celotehmu yang mendenging-dengingkan telinga.

Sekarang, usah perdebatkan lagi keruntuhanku di atas pondasi kita. Seandainya kita masih berdiri kokoh, apakah Tuhanku sudi menggariskan takdirku di atas bangunanmu? Apakah Tuhanmu sudi membaurkan dua tiang dan dua atap kita yang tak sama? Walaupun di atas pondasi yang sama.

Untukmu, Selamat ulangtahun yang ke-23 tahun, semoga Tuhan senantiasa merapikan rencana masa depanmu. Mengokohkan cita-citamu. Tak perduli aku adalah orang ke barapa untuk hari ini, tapi kuyakin inilah yang selalu kau tunggu. Tetap yang kau tunggu, bukan? Sehat lahir batin untukmu, orang yang pernah selama 4 tahun kumengerti, Libervol Tampubolon.

Pecandu Ludahku

Oleh: R. Wardani

Kau gigit lidahku
Hambar? Manis? Pahitkah?
Ludahku,
Sepertinya sempat terteguk batang tenggorokmu itu
Hingga kau paham rasanya candu

Duhai kau pecandu ludahku
Aku lemah,
Tak berdaya namun tidaklah lelah
Mengepul ludah sendiri
Yang akan kau dahar nanti

Duhai kau,
Maukah kugigit juga lidahmu?
(Padang, 2015)

Mengubur Cinta

Kau tahu pastinya, bahwa mengubur itu tak semudah menggali. Meski rasa yang akan kita kubur adalah jasadnya yang sudah mati. Tapi adakah kau berpikir tentang jiwa yang tak akan pernah mati? Dia terbang menuju peristirahatan yang tiada tenang, bergentangan tidak hanya dimalam jumat. Dari malam senin hingga malam minggu, selalu datang. Mantra apa yang harus kubaca lagi, sayang?