Kamis, 01 Mei 2014

SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-QUR’AN



SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-QUR’AN

A.    Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Turunnya Al-Qur’an
Arab yang terletak di persimpangan tiga benua semenanjung Arab, menjadi tempat yang mudah dikenal di dunia internasional. Jazirah ini dibatasi Laut merah ke sebelah barat, teluk Persia ke sebelah timur, Lautan India ke sebelah selatan dan Suriah dan Mesopotamia ke sebelah utara. Menurut Jawad Ali yang di kutip oleh Musthafa A’zami, bahwa dahulu Jazairah Arab merupakan tanah gersang akan tumbuh-tumbuhan dan merupakan pegunungan Sarawat yang melintasi garis pantai sebelah barat. Namun, meskipun merupakan pegunungan yang tidak berair, beberapa sumber pencahariannya terdapat di bawah tanah tersebut yang membuat mereka hidup dalam ketenangan dan menjadi tempat pemukiman bangsa Arab dan kafilah-kafilahnya.
Dalam sejarah, Jazirah Arab sejak awal telah dihuni oleh penduduk teluk Persia yang kemudian membangun perkotaan di daerah tersebut. Hal ini terjadi pada abad ketiga sebelum masehi. Para ilmuan mengatakan bahwa wilayah tersebut sebagai tempat kelahiran suku bangsa Semit, meskipun terjadi perbedaan pendapat di kalangan para sejarawan. Istilah Semit mencakup beberapa kawasan yaitu; Babilonia, Jazirah Arabia, Afrika, Amuru, Arminia, bagian selatan Jazirah Arabia dan Eropa.
Menurut Philip Hitti, dalam karyanya yang berjudul “Sejarah Bangsa Arab” yang kemudian dikutip oleh Al-A’zami menyebutkan,  “kendati istilah Semit muncul belakangan di kalangan masyarakat Eropa, hal tersebut biasanya di alamatkan pada orang Yahudi karena yang berkonsentrasi di Amerika. Sebenarnya lebih tepat ditujukan pada penduduk bangsa Arab yang memiliki nilai lebih dari pada kelompok lain dan mendapat ciri bangsa Semit secara fisik, kehidupan, adat istiadat, cara pikir dan bahasa”. Meskipun Jazirah Arab sejak awal telah terbentuk sebagai ‘negara perkotaan’ oleh penduduk teluk Persia, tetap merupakan masyarakat kesukuan hingga terutusnya Nabi Muhammad Saw. Sistem kependudukan masyarakat Arab dibangun menurut kabilahnya masing-masing, dimana anak-anak dari satu suku dianggap saudara yang memiliki pertalian hubungan darah. Setiap anggota merupakan asset seluruh kabilah, munculnya penyair kenamaan, pemberani, akan membuat kehormatan dan nama baik seluruh garis keturunannya.
Namun, hal tersebut hanya terfokus pada kalangan tertentu dan kabilah tertentu, mengingat belum adanya bentuk pemerintahan yang dapat mengatur masyarakat Arab secara umum dan merata oleh seorang penguasa, sebab masyarakat Arab sebelum diturunkannya Al-Qur’an, tidak mempunyai sistem dan acuan yang baku dalam pemerintahan seperti yang kita kenal. Masyarakat Arab menjelang diturunkannya Al-Qur’an, tidak merasa aman dan akrab melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada saat itu terutama perubahan dibidang agama. Sejak berabad-abad mereka menyembah berhala, baik pada masa kehadiran pemukiman kaum Yahudi maupun upaya-upaya kristenisasi yang muncul dari Syria dan Mesir.
William Muir dalam bukunya yang berjudul The Life of Mahomet, yang kemudian dikutip oleh Al-A’zami, menyebutkan bahwa kehadiran kaum Yahudi atau keberadaan mereka membantu menetralisasi tersebarnya ajaran Injil dengan melalui dua tahap; Pertama, dengan memperkuat diri sendiri di sebelah utara perbatasan Arab. mereka membuat penghalang antara ekspansi Kristen ke utara dan penghuni kaum penyembah berhala di sebelah selatan. Kedua, para penyembah berhala bangsa Arab telah melakukan kompromi dengan agama Yahudi dalam memasukkan cerita legendaris kedalam agama mereka.
Namun pernyataan ini akhirnya dibantah oleh Al-A’zami dengan menolak teori pendapat William Muir.  Mengenai keadaan sosial ekonomi yang terjadi sebelum diturunkannya Al-Qur’an, dapat digolongkan menengah ke atas, dikarenakan Makkah pada saat itu merupakan pusat kehidupan sosial, khususnya di bidang perekonomian. Keberadaan Makkah yang merupakan pusat perekonomian dan perdagangan, memperkuat bukti bahwa bangsa Arab menjelang kehadiran Al-Quran telah mengalami kemajuan dalam banyak bidang. Hal ini sangat berpengaruh pada pembentukan tradisi Islam yang meliputi; 1) kesucian Makkah dan Ka’bah. wilayah Makkah dan sekitarnya dianggap sebagai tempat suci dan memiliki label sebagai tanah haram, khususnya disekitar Ka’bah. 2) Makkah sebagai pusat perekonomian. Berkenaan dengan hal ini, Al-Quran surat Al-Quraisy menyebutkan bahwa, orang-orang Quraisy  berdagang pada musim panas ke Syria dan pada musim dingin ke Yaman. Perkembangan ini disebabkan oleh posisi geografis yang berada tengah rute perjalanan dagang dan adanya jaminan keselamatan.
Di wilayah Makkah dan sekitarnya terdapat larangan pertumpahan darah yang pada waktu itu mudah sekali terjadi, kalaupun terpaksa harus melakukannya di luar sekitar Makkah  sehingga memudahkan dalam berdagang. 3) perilaku terhadap harta benda. Sebagai pusat perdagangan tidak mengherankan apabila dikalangan masyarakat Arab, khususnya di Makkah banyak terdapat konglomerat dan orang kaya.

B.     Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Munajjaman
Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur’an bahwa kitab suci ini diturunkan kepada Nabi Muhammad Secara berangsur-angsur atau bertahap. Al-Qur’an diturunkan kurang lebih selama 23 tahun dalam 2 fase, yaitu 13 tahun pada fase sebelum beliau hijrah ke Madinah (Makiyah), dan 10 tahun pada fase sesudah beliau hijrah ke Madinah (Madaniyah).
Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 surat, 6236 ayat, 74437 kalimat, dan 325345 huruf. Adapun hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur :
1.      Untuk memantapkan, meneguhkan dan menguatkan hati serta jiwa Nabi Muhammad Saw, dan tentu juga para sahabat nya, dalam menjalankan dan memperjuangkan agama allah.
Firman Allah SWT :

tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ  
“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar ).” (Q.S. Al-Furqan : 32)


Dalam  hal ini dapat di jelaskan bahwa:
a)      Dengan berulang-ulang nya malaikat jibril datang kepada Nabi Muhammad Saw Untuk menyampaikan wahyu dari Allah SWT. Maka hatinya akan merasa senang serta membuat jiwa nya segar dan lapang.
b)      Dengan diturunkannya Al-Qur’an secara  berangsur-angsur akan memudahkan Nabi Muhammad Saw untuk mengingat, menghafal serta mengetahui hukum dan hikmah yang terkandung di dalamnya.
c)      Setiap turunnya wahyu baru merupakan mukjizat yang baru pula bagi Nabi Muhammad Saw.
d)     Untuk mengatasi masalah yang dihadapi Rasullulah SAW dalam menjalankan tugasnya karena beliau tidak lepas dari rintangan dan tantangan dari musuh-musuhnya.

2.      Untuk membimbing dan membina umat islam dalam melaksanakan syari’at  agama nya. Proses ini di dukung oleh banyak faktor salah satu di antara nya adalah turrunnya wahyu secara bertahap atau berangsur-angsur. Ada beberapa hal yang harus di penuhi masyarakat agar pelaksana agama nya semakin mantap yaitu:
a.       Di perlukan waktu secara bertahap untuk memudahkan kaum muslimin waktu itu dalam menghapal dan memahami alquran. karena kondisi mereka yang tidak memungkinkan untuk menghapal serta memahami nya bila kitab suci itu di turunkan oleh allah sekaligus.
b.      Diperlukan waktu secara bertahap bagi mereka untuk dapt melaksanakan taklif  (perintah dan larangan) yang datang allah melalui wahyu-wahyu yang di turunkan kepada nabi muhammad saw.
c.       Di perlukan waktu secara bertahap untuk membersihkan dan menghilang kan kebiasaan mereka yang buruk dan telah mendarah daging, seperti khamar, berjudi, makan riba dan sebagainya.
Firman Allah SWT :

* y7tRqè=t«ó¡o ÇÆtã ̍ôJyø9$# ÎŽÅ£÷yJø9$#ur ( ö@è% !$yJÎgŠÏù ÖNøOÎ) ׎Î7Ÿ2 ßìÏÿ»oYtBur Ĩ$¨Z=Ï9 !$yJßgßJøOÎ)ur çŽt9ò2r& `ÏB $yJÎgÏèøÿ¯R 3 štRqè=t«ó¡our #sŒ$tB tbqà)ÏÿZムÈ@è% uqøÿyèø9$# 3 šÏ9ºxx. ßûÎiüt7ムª!$# ãNä3s9 ÏM»tƒFy$# öNà6¯=yès9 tbr㍩3xÿtFs? ÇËÊÒÈ 
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (Q.S Al- Baqarah :219 )



3.      Mudah hapalan dan pemahamannya.
Al-Quran nul karim turun di tengah umat yang ummi yang tidak pandai membaca dan menulis. Catatan mereka adalah daya ingatan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan dan pembukuan yang dapat memungkin kan mereka menuliskan dan membukukan nya, kemudian menghapal dan memahami nya.
Firman Allah SWT :
tûïÏ%©!$# šcqãèÎ7­Ftƒ tAqߧ9$# ¢ÓÉ<¨Z9$# ¥_ÍhGW{$# Ï%©!$# ¼çmtRrßÅgs $¹/qçGõ3tB öNèdyYÏã Îû Ïp1uöq­G9$# È@ÅgUM}$#ur NèdããBù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ öNßg8pk÷]tƒur Ç`tã ̍x6YßJø9$# @Ïtäur ÞOßgs9 ÏM»t6Íh©Ü9$# ãPÌhptäur ÞOÎgøŠn=tæ y]Í´¯»t6yø9$# ßìŸÒtƒur öNßg÷Ztã öNèduŽñÀÎ) Ÿ@»n=øñF{$#ur ÓÉL©9$# ôMtR%x. óOÎgøŠn=tæ 4 šúïÏ%©!$$sù (#qãZtB#uä ¾ÏmÎ/ çnrâ¨tãur çnrã|ÁtRur (#qãèt7¨?$#ur uqZ9$# üÏ%©!$# tAÌRé& ÿ¼çmyètB   y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÎÐÈ  
(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

a)      Adakalanya Al-Qur’an diturunkan berkenaan dengan masalah atau kasus yang muncul pada masyarakat waktu itu. Maka setiap kali itu pula turun Al-Qur’an sebagai jawaban atau respon langsung terhadap masalah tersebut
1.      Adakalanya Al-Qur’an di turunakan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang mereka ajukan kepada Nabi Muhammad Saw
2.      Adakalanya Al-Qu’ran diturunkan berdasarkan latar belakang peristiwa tertentu, sementara peristiwa tesebut terjadi atau muncul pada waktu yang berlainan.

C.    Al-Qur’an Pada Masa Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar, Usman dan Ali.
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa sebelum Al-Qur’an dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, ia tersimpan dengan amat rapi di Lauh Mahfuzh.
Al-Qur’an turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia pada bulan Ramadhan dan malam Qadr sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 185 dan surat Al-Qadr ayat 1 yang mengandung pengertian bahwa Al-Qur’an duturunkan sekligus kepada malaikat Jibril yang kemudian menyampaikannya secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw dan diturunkan ke langit dunia selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun.
Al-Qur’an atau kalam Allah hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan demikian Zabur, Taurat, Injil maupun suhuf-suhuf lainnya bukanlah Al-Qur’an, karena tidak diturunkan kepada Muhammad. Sejarah kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur’an diturunkan dari zaman Rasulullah, zaman Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, zaman khalifah Umar bin Khatab, zaman khalifah Usman bin affan dan Ali bin Abi Thalib.
1.      Masa Nabi Muhammad SAW
Walaupun bangsa arab pada waktu itu masih buta huruf, tapi mereka mempunyai ingatan yang sangat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari para pujangga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya adalah dengan hapalan semata. Karena  hal inilah mengambil suatu cara praktis yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memilihara Al-Quran.
Untuk menggambarkan metode pemeliharaan terhadap Al-Qur’an pada masa Rasulullah memiliki 2 pengertian, yaitu :
1)      Penghapalan Al-Qur’an
Artinya, yang dimaksud dengan mengumpulkan Al-Qur’an di masa Nabi adalah dengan menghapalnya. Inilah makna yang dimaksud dalam firman Allah SWT :
Ÿw õ8ÌhptéB ¾ÏmÎ/ y7tR$|¡Ï9 Ÿ@yf÷ètGÏ9 ÿ¾ÏmÎ/ ÇÊÏÈ   ¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ   #sŒÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ   §NèO ¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmtR$uŠt/ ÇÊÒÈ  
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.” ( Q.S. Al-Qiyamah :16-19 )

Rasulullah amat menyukai wahyu. Ia senantiasa menunggu turunnya wahyu dengan penuh keriduan,lalu menghapal dan memahaminya. Dia adalah hafizh (penghapal) al-qur’an pertama dan contoh paling baik bagi sahabat. Al-Qur’an diturunkan selama lebih dari 20 tahun, dan hanya diturunkan beberapa ayat saja dalam satu proses penurunan. Itulah yang dihapal oleh Rasulullah beserta sahabat, karena bangsa arab secara kodrati mempunyai daya hapal yang kuat.
Jibril membacakan al-qur’an kepada Rasulullah pada malam-malam bulan ramadhan setiap tahunnya. Sahabat Rasulullah mendapat perintah untuk mencatat setiap ayat-ayat yang turun kepada beliau, dan tidak tertinggal dan terlalaikan walaupun satu huruf  dan satu titikpun tentang ayat yang turun. Dan dalam sejarah disebutkan bahwa para sahabat Rasulullah mencatat wahyu yang turun ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti pada kulit binatang, tulang-tulang dan pelepah kurma. Semua perbuatan mengumpulkan dan mencatat serta memelihara ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an itu adalah jaminan Allah kepada Nabi Muhammad Saw.
2)      Penulisan Al-Qur’an
Maksudnya, untuk mengumpulkan Al-Qur’an dan memeliharanya, para sahabat menuliskannya dengan menggunakan alat tulis pada waktu itu. Penulisan al-Qur’an ini mencakup memilah-milah ayat, surat menetertibkannya. Setiap surat ditulis dalam satu lembaran yang terpisah. Untuk pekerjaan ini, Rasulullah  mengangkat para penulis wahyu dari kalangan sahabat, seperti Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Ubai bin Kka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Disamping itu juga,ada sahabat yang menuliskan Al-Qur’an atas kemauannya sendiri, tanpa diperintah Nabi. Tulisan-tulisan Al-Qur’an pada masa Nabi tidak terkumpul pada satu mushaf, sehingga yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Dalam hal menulis Al-Qur’an Zaid bin Tsabit dan para sahabat  mengumpulkan dan menyusun serta menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an diatas kayu, pelepah kurma, batu, tulang binatang yang sudah kering, dan dari segala alat-alat tulis yang dapat dipergunakan dalam penulisan wahyu.
Beberapa sahabat yang ditugaskan Beliau dalam hal mencatat wahyu adalah :
a)      Abu Bakar Ash Shiddiq
b)      Umar bin Khatab
c)      Usman bin Affan
d)     Ali bin Abi Thalib
e)      Mu’awiyah bin Abi Sofyan (kelak menjadi khalifah Bani Umayyah)
f)       Zaid bin Tsabit (Koordinator pengumpul Al-Qur’an pada zaman khalifah Usman )
g)      Ubay bin Ka’ab
h)      Khalid bin Walid
i)        Tsabit bin Qais
Rasulullah wafat ketika Al-Qur’an telah dihafal dan ditulis dalam bentuk sederhana, ayat dan surat telah ditertibkan dan setiap surat berada pada satu lembaran secara tepisah. Sesudah berakhir penurunan Al-Qur’an dan wafatnya Rasul, maka Allah mengilhamkan penulisan Al-Qur’an secara lengkap kepada Khalifah al-Rasyidin sesuai dengan janji-Nya kepada umat tentang jaminan pemeliharaan.

2.      Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pencatatan wahyu telah selesai diselenggarakan menjelang wafat Rasulullah saw . semua naskah yang masih berserakan terpelihara dengan baik hanya belum tersusun dengan rapi sesuai dengan petunjuk Rasullulah. Ketika Rasulullah wafat dan dengan langsung Abu Bakar diangkat menjadi khalifah pertama menggantikan kedudukan beliau sebagai kepala negara, dan dimulailah usaha-usaha untuk mengumpulkan semua catatan wahyu. Abu bakar segera memerintahkan agar naskah-naskah yang tertulis di berbagai tempat itu yang tersimpan di rumah Rasulullah di tulis dan disatukan kembali. Karena itu, ia segera mempersiapkan pasukan dan mengirimkannya untuk memerangi orang-orang murtad, sehingga pecahlah perang Yamamah yang terjadi tahun 12 hijriah yang menewaskan 70 orang penghapal Al-Qur’an.
Peristiwa ini membuat Umar ibn Khatab sangat khawatir terhadap Al-Qur’an. Untuk itu, ia menghadap khalifah dan mengusulkan agar Al-Qur’an segera dibukukan dalam satu mushaf. maka ia datang kepada abu bakar  memusyawarakan hal tersebut. Umar berkata kepada abu bakar: “ Dalam perperangan yamamah para sahabat yang hafal Al-Quran telah banyak yang gugur. Saya khawatir akan gugurnya para sahabat yang lain dalam perperanganselanjutnya. Sehinga banyak ayat-ayat al-Quran itu perlu di kumpulkan”. Lalu abu bakar menjawab: “ mengapa aku akan melakukan sesuatu yang tidak di perbuat oleh rasulullah?”. Uamr menegas kan: “ Demi Allah! Ini perbuatan yang baik”. Dan ia berulang kali memberikan alasan terbaiknya itu, sehingga allah membukakan pintu hati abu bakar untuk menerima usulan umar tersebut.
Kemudian Abu bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk melaksanakan usulan umar tersebut. Hal itu mengingat bahwa Zaid bin Tsabit memiliki kedudukan terhormat dalam qira’at. Pada mulanya, sebagaimana Abu Bakar,Zaid bin Tsabit juga menolak usulan tersebut. Keduanya lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada perintah penulisan Al-Qur’an tersebut. Penulisan tersebut dapat diselesaikan dalam tempo satu tahun. Kemudian hasil pekerjaan Zaid tersebut disimpan oleh Abu Bakar. Setelah khalifah wafat, lembaran-lembaran itu dipindahkan kepada  umar sempat khalifah kedua itu meninggal dunia. Kemudian mushaf  itu berpindah kepada hafsah, putrid Umar bin Khatab, dan Utsman bin Affan memintanya pada masa awal pemerintahannya

3.      Pada Masa Utsman bin Affan
Kekhawatiran umat islam akan lenyapnya Al-Qur’an tidak ada lagi. Karena, pada masa khalifah Abu Bakar tugas mengumpulkan Al-Qur’an telah selesai dikerjakan oleh tim Zaid bin Tsabit, maka umat islam dimasa itu sangat lega dan tentram karena, kitab suci Al-Qur’an telah dapat dikumpulkan dengan baik.
Khalifah Umar bin Khatab memfokuskan perhatiannya kepada penyiaran agama islam, karena semakin banyaknya bangsa-bangsa non Arab yang memeluk agama islam. Zaid bin Tsabit sangat dipercayai sejak zaman Rasulullah, Abu Bakar, Umar sampai zaman Usman juga menjadi tim penulis dan pembukuan Al-Qur’an, untuk itu Usman menggariskan kerja tim ini tentang kepercayaan kepada Zaid “ Apabila kalian berbeda pendapat dengan Zaid bin Tsabit mengenai sesuatu yang menyangkut al-qur’an, maka hendaklah kalian tulis dalam bahasa Quraisy, sebab sesungguhnya ia ( Al-Qur’an) diturunkan dengan bahasa mereka”. Setelah Zaid dan tim selesai melaksanakan tugasnya, maka usman mengembalikan mushaf aslinya kepada hafsah dan memerintahkan penguasa-penguasa untuk membakar mushaf yang ada pada setiap pribadi umat islam, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi beragam mushaf dikalangan umat islam. Mushaf yang terkenal pada zaman Usman bin Affan  sampai pada saat ini adalah “Mushaf Usmani
Naskah tersebut diperbanyak oleh Usman bin Affan dan pekerjaan memperbanyak ini diserahkan kepada tim yang terdiri dari 4 orang diketuai Zaid bin Tsabit sebanyak 5 kopi naskah dan berhasil diselesaikan tahun 25 Hijriah, yang dikirimkan ke Kufa, Basrah, Mekah, Suriah dan satu kopi naskah berada di tangan usman bin Affan.
Firman Allah SWT :
uÎT$rO ¾ÏmÏÿôÜÏã ¨@ÅÒãÏ9 `tã È@Î6y «!$# ( ¼çms9 Îû $u÷R9$# Ó÷Åz ( ¼çmà)ƒÉçRur tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# z>#xtã È,ƒÍptø:$# ÇÒÈ
“Sesunguh nya kami telah menurunkan al-Quran dan sesungguh nya kami tetap memilihara nya” (Q.S. Al-Hajj :9)

4.      Pada Masa Ali bin Abi Thalib
Karena daerah islam semakin luas dan banyaknya bangsa non-Arab yang memeluk islam. Para mualaf tersebut sebagian besar tidak dapat membaca Al-Qur’an dengan benar tanpa bantuan titik dan harkat, timbulah usaha dari khalifah Ali ibn Abi Thalib untuk menerapkan kaidah wahyu dalam penulisan al-qur’an. Usaha inilah yang dianggap sebagai permulaan munculnya ilmu I’rab al-Qur’an. Dilakukan dengan member tanda baca, seperti titik, syakal (baris/harkat) pada Al-Qur’an.



D.    Yang Pertama Dan Terakhir Turun
Yang mula-mula turun
1.      Ada beberapa pendapat bahwa ayat yang mula-mula turun adalah firman Allah surat Al-Alaq ayat 1-5:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.  yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”

Pendapat ini didasarkan bahwa Allah mengajak manusia untuk mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan manusia itu sendiri dari yang melekat (Al-Alaq)
1)      Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah firman Allah : Ya ayyuhal muddassir  ( wahai orang yang berselimut ). Kaarena, yat ini berisikan perintah Allah untuk bangun dan mengembangkan dakwah Islamiyah ditengah masyarakat, mengagungkan Asma Allah dan memebersihkan diri dan pakaian kotor yang ada padanya, sehingga manusia dalam segala perbuatan dan tindakan harus bersih.dikatakan ayat terakhir, karena ayat ini merupakan surah pertama diturunkan setelah terhentinya wahyu.
2)      Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah surat Al-Fatihah.
Surat yang diletakan pada awal Al-Qur’an dan dikatakan ayat yang pertama kali turun karena, mungkin yang dimaksud adalah surat yang pertama kali turun secara lengkap.
3)      Disebutkan juga bahwa yang pertama kali turun adalah bismillahirrahmanirrahim, karena, basmalah itu turun mendahului setiap surat
Yang terakhir diturunkan:
a.       Dikatakan bahwa ayat yang terakhir yang diturunkan itu adalah ayat mengenai riba.
Firman Allah SWT :
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#râsŒur $tB uÅ+t/ z`ÏB (##qt/Ìh9$# bÎ) OçFZä. tûüÏZÏB÷sB ÇËÐÑÈ 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” ( Q.S. Al-Baqarah :278 )

b.      Dikatakan pula bahwa ayat yang terakhir turun adalah Firman Allah SWT :
(#qà)¨?$#ur $YBöqtƒ šcqãèy_öè? ÏmŠÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡Ÿ2 öNèdur Ÿw tbqãKn=ôàムÇËÑÊÈ  
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” ( Q.S. Al-Baqarah : 281 )

c.       Dikatakan bahwa ayat yang terakhir turun adalah ayat mengenai utang piutang.
Firman Allah SWT :
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) LäêZtƒ#ys? AûøïyÎ/ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. ( Q.S. Al-Baqarah :282 )

d.      Dikatakan pula bahwa ayat yang terakhir turun adalah ayat mengenai kalalah.
Firman Allah SWT :
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿムÎû Ï's#»n=s3ø9$# 4
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah. ( Q.S. An-Nisa :176 )

Dikatakan ayat terakhir kali turun, menurut hadits adalah ayat tersebut turun memiliki hubungan dengan suatu hal yang bersifat warisan atau mengisyaratkan wafatnya Nabi Muahammad Saw sebagaimana yang yang telah  dipahami para sahabat dan tercantum pada ayat Taubah ayat 128.
e.       Dikatakan pula bahwa ayat yang terakhir turun adalah
Firman Allah SWT :
`tBur ö@çFø)tƒ $YYÏB÷sãB #YÏdJyètGB ¼çnät!#tyfsù ÞO¨Yygy_ #V$Î#»yz $pkŽÏù |=ÅÒxîur ª!$# Ïmøn=tã ¼çmuZyès9ur £tãr&ur ¼çms9 $¹/#xtã $VJŠÏàtã ÇÒÌÈ  
“Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” ( Q.S An-Nisa :93 )

f.       Dikatakan pula bahwa ayat terakhir turun adalah Firman Allah SWT :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur 3t»s3ß 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès? $tB tbqä9qà)s? Ÿ  
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ( Q.S. An-Nisa : 43 )
E.     Rasm Al-Qur’an
Rasm Al-Qur’an atau lebih dikenal dengan sebutan Rasm Mushaf adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus,baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk huruf yang digunakan.
Rasm (ا لرسم )  secara bahasa berarti “penulisan, ilustrasi, penggambaran, pensifatan dan pemberian garis”. Dengan kata lain, Rasm merupakan suatu upaya dan  hasil dari pekerjaan  penulisan dan pemberian tanda, cirri-ciri atau kode-kode tertentu terhadap sesuatu sehingga dia dapat dikenali dengan mudah karena sudah memiliki perbedaan dari yang lainnya.jika, kata rasm digabungkan dengan kata al-qur’an, maka secara bahasa dapat diartikan sebagai upaya dan hasil kerja dari penulisan dan pemberian tanda, cirri, atau kode tertentu terhadap Al-Qur’an sehingga kitab suci ini dapat dikenali dan dibaca dengan baik dan benar.
Pada dasarnya, dalam penulisan bahasa Arab senantiasa sesuai antara apa yang ditulis dengan apa yang diucapkan. Penulisan dalam bahasa Arab dilakukan tanpa adanya penambahan dan pengurangan sesuai dengan atau kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh pakar dalam bidang ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar