Sabtu, 09 Mei 2015

Aku Bukan yang Pertama lagi

Untuk ke-2 tahunnya aku bukanlah orang pertama yang mengucapkan "Selamat ulangtahun" untukmu. Walaupun disetiap pagi, aku dapati pesan singkat darimu tentang perubahanku.

Mengertilah, aku bukan yang dulu lagi. Aku bukan rindu yang kau cari. Aku bukan rumah tempatmu kembali. Meski dulu, aku adalah rindu yang tak pernah salah memberi rumah tempatmu berteduh.

Jangan tuduh aku berubah. Hakikatnya kaulah yang sudah berubah. Merubah haluan sampan yang sedang kudayuh. Kau yang sudah mematahkan tiang-tiang kepercayaanku. Lalu apalah arti pondasi tanpa tiang yang tak utuh?

Arsitek termasyur yang kau bayar untuk menegakkan tiang ini, belum mampu menahan beratnya beban atap yang kita punya. Atap kita tak sama, tapi kita tidak pernah membuatnya menjadi suatu masalah. Bahkan, aku masih saja rumah tempatmu berteduh, itu dulu.

Aku memilih runtuh ketika kau ingin merenovasi atap kita yang berbeda. Almameterku menjadi alasan pelik otoritasmu. Kau mau dipanggil Ustadzah? Kau mau bergelar embel-embel sarjana Islam? Begitu celotehmu yang mendenging-dengingkan telinga.

Sekarang, usah perdebatkan lagi keruntuhanku di atas pondasi kita. Seandainya kita masih berdiri kokoh, apakah Tuhanku sudi menggariskan takdirku di atas bangunanmu? Apakah Tuhanmu sudi membaurkan dua tiang dan dua atap kita yang tak sama? Walaupun di atas pondasi yang sama.

Untukmu, Selamat ulangtahun yang ke-23 tahun, semoga Tuhan senantiasa merapikan rencana masa depanmu. Mengokohkan cita-citamu. Tak perduli aku adalah orang ke barapa untuk hari ini, tapi kuyakin inilah yang selalu kau tunggu. Tetap yang kau tunggu, bukan? Sehat lahir batin untukmu, orang yang pernah selama 4 tahun kumengerti, Libervol Tampubolon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar