PENDAHULUAN
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata
qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general
Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah,
suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan
malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara,
dan membacanya merupakan amal ibadah.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkatmetode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Membahas hubungan antara Al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat : adakah
Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui
sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang
dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan
social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negative)
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
PEMBAHASAN
AL-QUR’AN
SEBAGAI KITAB INDUK PENDIDIKAN
A. Al-Qur’an
dan Ilmu Pengetahuan
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama
bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan
ilmu pengetahuan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah
Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu
perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang
mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum
minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah,
ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.
Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan
penghormatan yang tidak ditemukan bandingannya dalam kitabkitab suci yang lain.
Sebagai bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah
(kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut
tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan
kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah
diberikan kepada manusia, Allah berfirman:
ô`¨Br& uqèd ìMÏZ»s% uä!$tR#uä È@ø©9$# #YÉ`$y $VJͬ!$s%ur âxøts notÅzFy$# (#qã_ötur spuH÷qu ¾ÏmÎn/u 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôèt tûïÏ%©!$#ur w tbqßJn=ôèt 3 $yJ¯RÎ) ã©.xtGt (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan
orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS Az-Zumar : 9)
Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan
petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan
kehidupan di dunia. Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah
salah satu sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik. Oleh
sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan
menemukan ratusan ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan
bagaimana cara kerja Alam dunia ini. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang
membahasnya diawali maupun diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti;
"apakah kamu tidak memperhatikan?", "Apakah kamu tidak
berpikir?", "Apakah kamu tidak mendengar?", "Apakah kamu
tidak melihat?". Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti "Sebagai
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh
Ulul Albaab". Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul, yang selalu
mengingatkan manusia untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta
memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama
pada abad ke 8-10 Masehi di Timur Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu
pengetahuan yang berlandaskan pada riset (dengan cara mendengar, melihat,
memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan) dan mengimplementasikannya dalam
bentuk alat-alat maupun metode yang berguna bagi kehidupan manusia.
Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya
dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu
pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali
Q.S Al-‘alaq 1-5[1]
:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat tersebut mengandung perintah membaca,
membaca berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam mempelajari firman
dan ciptaannya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah
manusia akan mampu menmukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan
perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada SAW. dan
umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan
ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. tentunya ilmu pengetahuan
diperoleh di awali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu
pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu
lahir tidak mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses
belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra
pendengaran dan penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan
akhirat.
Sains merupakan salah satu kebutuhan agama
Islam, setiap umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan
waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal
bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk
mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi[2].
Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai
waktu-waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat
terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti untuk menunaikan ibadah haji,
bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi.
Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam
al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang
sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 33:
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
Artinya : “Hai jama'’ah jin dan manusia, jika
kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah,
kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman:33)”
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang
silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia,
bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa
luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang
dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan
atau sains dan teknelogi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang
ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menmbus angksa luar bangsa-bangsa
yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknelogi telah berulang
kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan planet-planet
lainnya.
Pemaparan-pemaparan di atas secara tidak langsung
menerangkan, bahwa antara ilmu pengetahuan dan al-qur’an ada kaitan erat. Akan
tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan dengan porsi yang sesuai.
Di dalam Al Qur’an pun ada isyarat ilmu
pengetahuan yang perlu digali oleh manusia. Isyarat ilmu pengetahuan itu masih
bersifat global sehingga memerlukan kesungguhan manusia untuk meneliti atau
melakukan eksperimen untuk dapat menyingkap isi kandungannya. Sebagai contoh
ayat Al Qur’an yang berisi isyarat ilmu pengetahuan adalah ayat-ayat berikut:
a) Surat
Yunus ayat 101
È@è% (#rãÝàR$# #s$tB Îû ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 $tBur ÓÍ_øóè? àM»tFy$# âäY9$#ur `tã 7Qöqs% w tbqãZÏB÷sã ÇÊÉÊÈ
Artinya : “Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang
ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan
rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. ” (QS
Yunus : 101)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan perintah Nya
kepada rasul Nya agar dia menyuruh kaumnya untuk memperhatikan dengan mata
kepala mereka dan dengan akal budi mereka segala yang ada di langit dan di bumi[3].
Mereka diperintahkan agar merenungkan keajaiban langit yang penuh dengan
bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam dan siang, air
hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati, menumbuhkan
tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang beraneka warna dan
rasa. Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam hidup diatas
bumi, memberi manfaat yang tidak sedikit kepada manusia. Demikian pula keadaan
bumi itu sendiri yang terdiri dari gurun pasir, lembah yang terjal, dataran
yang luas, samudera yang penuh dengan berbagai ikan yang semuanya itu terdapat
tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT bagi orang-orang yang berfikir dan
yakin kepada penciptanya.
b) Surat Al
Baqarah Ayat 164
¨bÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏG÷z$#ur È@ø©9$# Í$yg¨Y9$#ur Å7ù=àÿø9$#ur ÓÉL©9$# ÌøgrB Îû Ìóst7ø9$# $yJÎ/ ßìxÿZt }¨$¨Z9$# !$tBur tAtRr& ª!$# z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# `ÏB &ä!$¨B $uômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ $pkÌEöqtB £]t/ur $pkÏù `ÏB Èe@à2 7p/!#y É#ÎóÇs?ur Ëx»tÌh9$# É>$ys¡¡9$#ur ̤|¡ßJø9$# tû÷üt/ Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷èt ÇÊÏÍÈ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa
yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al Baqarah : 164)
Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta
isinya untuk keperluan manusia. Sudah seharusnyalah manusia memperhatikan dan
merenungkan rahmat Allah yang maha suci itu. Karena dengan begitu, akan
bertambah yakinlah ia pada kekuasaan dan keesaan Nya, akan bertmabha luas
pulalah ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan Nya dan dapat pula
dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah
yang maha mengetahui. Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang
tersebut dalam ayat ini, yaitu[4] :
1. Bumi
yang dihuni manusia dan apa yang tersimpan didalamnya tidak akan pernah habis
baik didarat maupun dilaut
2. Langit
dengan planet dan bintang-bintangnya semua berjalan dan bergerak menurut tata
tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu
3. Pertukaran
malam dan siang dan perbedaan panjanng dan pendeknya pada beberapa negeri
karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang amat
besar bagi manusia
4. Bahtera
berlayar dilautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri yang lain
dan untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian
5. Allah
SWT menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah
mati atau lekang dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat
pula melangsungkan hidupnya
6. Pengendalian
dan pengisaran angin dari suatu tempat ke tempat yang lain adalah tanda dan
bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran rahmatnya bagi manusia
7. Demikian
pula, harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada manusia
dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya, semua
rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini
patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan diteliti untuk meresapkan
keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuan yang
juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah
Ayat-ayat Al-quran yang mengandung isyarat
ilmiyah dan ilmu pengetahuan yang lain, misalnya seperti :
i.
Dalam
ilmu biologi tentang pengaruh angin bagi pembuahan tumbuh-tumbuhan.
Q.S.
Al-hijr ayat 22
$uZù=yör&ur yx»tÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»s¿2 ÇËËÈ
Artinya :” Dan Kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami
beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang
menyimpannya.”
Pada ayat ini menjelaskan sebagian nikmat yang
ada di dalam perbendaharaan Nya, yaitu Dia telah menghembuskan angin untuk
menyuburkan, mengembangkan dan mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Tumbuh, berkembang
dan kawinnya tumbuh-tumbuhan dengan perantaraan angin itu, ialah:
1.
Allah
SWT menghembuskan angin yang membawa awan yang mengandung hujan. Semakin lama
angin yang dihembuskan itu, menjadi semakin berat dan semakin hitam, hingga
berubah menjadi mendung hitam pekat. Kemudian turunlah dari mendung itu hujan
yang membasahi permukaan bumi, maka suburlah tanah yang semula kering, tumbuh
dan berkembanglah tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman, kemudian berbunga,
berputik dan berbuah. Sebagian buahnya hanya dapat dimanfaatkan dan manusia dan
binatang, sedang sebagian yang lain tumbuh dan berkembang lagi untuk
melanjutkan keturunan dan untuk mempertahankan jenisnya dari kepunahan.
Sebagian tumbuh-tumbuhan ada yang berkembang dengan menanam bagian batangnya.
Dengan siraman air hujan, maka batang yang ditanam ini akan tumbuh dan
berkembang.
ii.
Dalam
ilmu biologi tentang penciptaan & pemeliharaan janin dalam rahim
Q.S Al-Mukminun ayat 12-14
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
Artinya: “12. Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14)
Dalam surat Al Mukminun ayat 12-14 Allah SWT
menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Sebelum para ahli dalam bidang
kedokteran modern mengetahui proses asal usul kejadian penciptaan manusia dalam
rahim ibunya, Allah SWT sudah terlebih dahulu mengetahuinya.
ayat 12 -14 ini Allah SWT menjelaskan bahwa
proses penciptaan manusia dalam rahim ibunya terbagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase air
mani
2. Fase
segumpal darah
3. Fase
segumpal daging
iii.
Tentang
ilmu Geologi
Q.S
An-naml ayat 88
ts?ur tA$t7Ågø:$# $pkâ:|¡øtrB ZoyÏB%y` }Édur ßJs? §tB É>$ys¡¡9$# 4 yì÷Yß¹ «!$# üÏ%©!$# z`s)ø?r& ¨@ä. >äóÓx« 4 ¼çm¯RÎ) 7Î7yz $yJÎ/ cqè=yèøÿs? ÇÑÑÈ
Artinya : ““Dan kamu lihat gunung-gunung itu,
kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya
awan.” (QS. An-Naml, 27: 88) “
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh
gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seakan terbawa hanyut
di atas lapisan mantel yang lebih rapat[5].
Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan
Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan
bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang
berbeda-beda pernah dikemukakan oleh
Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun
lalu, seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi adalah satu kesatuan
yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah
menjadi dua yang setiap bagiannya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu
daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika,
Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang
terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun
setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan
yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya
Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa
sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan
luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah
penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan
peristiwa ini sebagaimana berikut:
a. Kerak
dan bagian terluar mantel, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas
lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama dan
beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik,
lempengan-lempengan ini bergerak pada per-mukaan bumi, membawa benua dan dasar
lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm
per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan
menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun,
misalnya, Samudera Atlantik menjadi sedikit lebih lebar.
B. Korelasi antara Al-Qur’an dan
Ilmu Pengetahuan
Membahas hubungan antara Al
Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama
adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu
pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya
diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide
dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat
psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif
atau negatif)
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.[6]
Sejarah membuktikan bahwa Galileo
ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak mendapat tantangan dari satu
lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup. Mereka memberikan
tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada
akhirnya menjadi korban penemuannya sendiri.
Dalam Al qur’an ditemukan
kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknya yang terulang sebanyak 854 kali.
Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang menganjurkan untuk
menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan
oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain
:
1.
Subjektivitas (a) suka dan tidak
suka (QS 43:78 ; 7:79); (b) taqlid atau mengikuti tanpa alasan (QS 33:67 ;
2:170).
2.
Angan-angan dan dugaan yang tak
beralasan (QS 10:36).
3.
Bergegas-gegas dalam mengambil
keputusan atau kesimpulan (QS 21:37).
4.
Sikap angkuh (enggan untuk
mencari atau menerima kebenaran) (QS 7:146).
Di samping itu, terdapat tuntutan
tuntutan antara lain :
1.
Jangan bersikap terhadap sesuatu
tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam arti tidak menetapkan sesuatu kecuali
benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (QS 36:17), atau menolaknya sebelum
ada pengetahuan (QS 10:39).
2.
Jangan menilai sesuatu karena
factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam pribadi tokoh yang paling
diagungkan.
Ayat- ayat semacam inilah yang
mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan pemikir-pemikir dan
ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik
dituntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran
untuk berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya
untuk menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan
dimana saja ia kehendaki. Inilah korelasi pertama dan utama
antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan.
Korelasi kedua dapat ditemukan
pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak ayat Al qur’an
yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagian
nya telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka
ketahui itu masih sangat terbatas dalam perinciannya.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan
petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan
kehidupan di dunia. Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah
salah satu sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik. Oleh
sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia. Membuka dan membaca mushaf
Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat yang membicarakan tentang petunjuk
untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam dunia ini. Seperti yang telah
dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al qur’an adalah ilmu
pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa
sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang
tidak dikenal pada masa turunnya, namun terbukti kebenarannya di tengah-tengah
pernkembangan ilmu, seperti : bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan
(QS An-Naml : 88), tentang
pengaruh angin bagi pembuahan tumbuh-tumbuhan (Q.S. Al-hijr : 2).
b.
Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna, sehingga penulis menerima kritikan dan saran
yang membangun untuk perbaikan ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Kealaman, PT. Dana
Bakhti Prima Yasa: Yogyakarta,
1997.
H.G. Sarwar, Tafsir Al-Qur’an, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1994.
DEPAG, Sains Menurut Perespektif
Al-qur’an, PT. Dwi Rama: Jakarta, 2000.