Minggu, 07 Juni 2015

Membenci Hujan

Diam menjadi pilihan terbaik ketika hasrat wicaraku memuncak di bukit-bukit api. Ini menjadi pilihan kita, dua hati yang ada cinta namun kita sama-sama tidak ingin memperjuangkannya. Hujan terlalu banyak memberi kenangan dan cerita manis, genggaman dan senyuman hangat pernah aku dapatkan di malam-malam pertempuran badai dan gemercik hujan. Tapi untuk pertama kalinya hari ini, aku membenci hujan. Ia terlanjur menjatuhkan cerita buruk yang meresap ke daging tanah dan akan kembali menguap menjadi air yang sama. Aku trauma dan benar-benar trauma. Matamu yang membenamkan pelangi di perut barisan, aku lelah. Beri aku jalan untuk bernapas lebih tenang dan dalam. Kita sama-sama pemberontak, anak kecil dan egois. Kesamaan yang tidak pantas untuk berjodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar