Minggu, 30 Maret 2014

Jika Menjadi Dia


JIKA MENJADI DIA
oleh: Risya Wardani


Binaran matanya bak secercah mentari timur
dia langkahkan cita berharap nasib kan berubah
dia song-song hari demi hari penuh juang yang tinggi
berharap suatu hari dapat meraih sebuah ijazah sarjana

namun ilmu tidaklah semurah yang diimajinasikan
dia yang tegar menjadi rapuh meratap biaya untuk seranting pendidikan
mentari timur yang dulu kulihat perlahan menunduk ke ufuk barat
seakan pasrah termakan hari yang perlahan menjelma menjadi kelam

asanya yang tersusun indah selama bertahun-tahun
kini sekedar impian yang pernah ada dalam lorong-lorong panjang sebuah harapan
dan menjadi episode dalam renungan yang entah kapan akan berakhir
jalan hidup yang rumit menuntunnya mengalah untuk arti sebuah hidup

namun bagaimana dengan mereka?
Yang bisa mengenyam gelar “anak kuliahan”
Hanya dapat menunggu rezeki yang mengalir dilembaran rekening setiap bulan
Banyak yang Datang dan duduk bergoyang kaki
Serta Diam dan tersenyum tak mengerti
Fenomena miris ini yang terus tercatat sepanjang zaman
Yang berkeinginan harus tersingkir karena uang
Dan yang beruang terus maju meski tanpa kemajuan

Rindu Untuk-Nya


Rindu Untuk-Nya
Oleh: Risya Wardani/icha


Dalam sunyi aku tertekuk di ketermanguan berkelanjutan
Menyuguhkan karya yang merangkum diam dalam sukacita yang tak mampu terpecahkan
Rindu yang mengguncang menggerogoti  jiwa tanpa henti
Menyulam garasi kebisuan dalam tasbih malam

Ku ziarahi ketenangan saat kelam
Memasrahkan jiwa sepenuhnya mengembara dalam deburan-deburan aksara cinta-Nya
Tak ingin ku menjeda tiap penggalan
Aku ingin terus, terus, dan terus digerogoti rasa rindu yang bertahta di atas segala

Biarkan aku masih berdiam untuk setia
Menyuguhkan karya-Nya untuk-Nya
Rabb...
Aku gamang...
Bila tubuh ini tak mampu menopang iman
Dan tenggelam dalam ribuan jamaah keingkaran
Sungguh tak ku halalkan!

Lalu biarlah rindu ini terus menjajah untuk mentahtakan-Mu
Dan membuatku semakin meridhokan diri untuk jalan-Mu
Berharap kan semakin bertambah ranting cinta di atas asrama rasaku yang telah tertanda atas nama-Mu Rabb...
Engkau Allah Azza Wajalla.

Teka-teki Mihrab Suci


TEKA-TEKI MIHRAB SUCI
Oleh: Risya Wardani

Rantai kasar melekat  kuat mengurung bait Tuhan
Ku pegangi ruang hampa dalam debu-debu masa lalu
Kukuasai ribuan tahun ketika panggilan alam itu belum gugur terbuyar mentahtakan agama di atas darah perang

Indra dunia hanya menyaksikan sayatan sejarah dalam prasasti tuna wicara
Aku rasa aku telah di kelabui
Ah tidak! Tapi ini iya! Inilah nyatanya!
Jeritan hebat menggelegarpun tak berdaya menghancurkan pemikiran gelap dalam zaman pijaran lampion

Mihrab suci itu tersungging manis meski tanpa lantunan khotbah lagi
Hanya sekedar menjadi potret dokumentasi lampau
Bilakah muadzin menyeru kembali ?

Sabtu, 29 Maret 2014

Keagungan Jumah (Puisi Dakwah Islami)


Keagungan Jumah
oleh : Risya Wardani

Inilah kemenangan di atas kemenangan
Bersama kepunahan kubra yg menjadi misteri jumah
Bergema indah romantisme agung dalam mihrab-mihrab jumah
Bertebarlah aksiologi khutbah suci


Umat muslim pun bertassawuf mesra
berdialektik Akbar bersama-Nya Sang Emanasi Qolbu
Bahkan mampu menundukkan seluruh essensi

Yang bertakbir merdu dalam intuisi putih.